Penyebab Masa Keemasan Dan Kejayaan Islam Di Bidang Sains Pada Masa Lalu Bisa Runtuh

Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan berkata “Iqra!”, pada ayat pertama di dalam Al-Qur’an. Iqra bukan hanya berarti “bacalah”, namun juga berarti “belajarlah”.

Begitu Maha Segalanya Allah SWT, hingga menurunkan satu kalimat pertama dalam wahyu-Nya yang ternyata mempunyai arti dan makna yang sangat berguna sekali bagi kelangsungan kehidupan manusia Bumi dikemudian hari.

Tidak hanya lekat dengan dunia barat yang saat ini banyak diklaim sebagai ‘Kabahnya’ ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia Islam pun sangat akrab dengan sains sejak berabad-abad silam. Bahkan, agresi umat Islam di dunia sains sudah dimulai sejak abad ke-9.

Menguak Misteri: Mengapa Masa Keemasan Dan Kejayaan Islam Di Bidang Sains Pada Masa Lalu Bisa Runtuh
Ketika itu, umat Islam yang perkembangannya masih banyak terpusat di kawasan Timur Tengah berada pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, tepatnya di bawa pemerintahan khalifah Al-Ma’mun ar-Rasyid. Meskipun hanya bertahta selama 20 tahun, dari tahun 813 sampai 833, Al-Ma’mun telah disebut mampu membawa Islam sangat dekat dengan sains untuk pertama kalinya.

Pilih Buku Ketimbang Emas, Khalifah Al-Ma’mun Pelopor Kemajuan Sains Islam

Setelah mengambil alih kekuasaan dari saudaranya Al-Amin, lewat perang saudara, Al-Ma’mun menjadi seorang khalifah yang mendukung perkembangan rasionalisme dan sains. Salah satu buktinya adalah ketika Al-Ma’mun meraih kemenangan perang di Byzantium (kini Istanbul), khalifah ini meminta ganti rugi perang bukan berupa emas melainkan salinan buku astronomi karya Ptolemeus yang berjudul Almagest.

Selanjutnya Al-Ma’mun menyuruh anak buahnya untuk mencari buku-buku ilmiah terbaik di Byzantium dan penerjemah terbaik agar buku-buku Yunani itu bisa dibaca oleh umat Islam melalui bahasa Arab. Al-Ma’mun kemudian diketahui memindahkan seluruh buku yang ada di perpustakaanya di Persia ke Baghdad (Irak) tempat Istananya berada.
Khalifah Al Mamun

Khalifah Al Mamun

Pembangunan “Rumah Kebijaksanaan”

Tidak hanya mendukung filosofi bangsa barat dan sains, Al-Ma’mun juga kemudian membangun pusat pendidikan yang diberi nama ‘Baitul Hikmah‘ atau ‘rumah kebijaksanaan’. Di tempat itu, berkumpul akademisi Islam dan penerjemah buku-buku Yunani yang ketika itu kebanyakan adalah umat Kristen. Ini sekaligus jadi bukti kerukunan umat beragama yang telah terjalin sejak dulu.

Al-Ma’mun juga mendirikan sebuah pusat observasi astronomi Islam pertama di Shamsiya pada tahun 829. Pusat observasi itu menjadi tempat pembuktian teori astronomi kuno, misalnya jarak matahari dan gerakan planet.

Sayangnya, sebelum melihat buah kerja kerasnya di dunia sains bagi umat Islam, Al-Ma’mun tewas di racun di tahun 833. Sebelum kematiannya, Al-Ma’mun meminta penerusnya untuk melanjutkan aturan-aturannya, termasuk di dunia sains, dan tidak membebani rakyat dengan pajak atau hal lain di luar kemampuan mereka.

Berkat ketekunannya mengembangkan sains itu, Al-Ma’mun dikenal sebagai ‘Khalifah Sains’. Sementara masa pemerintahannya disebut sebagai “Masa Keemasan Sains di Dunia Islam“, dimana banyak cendekiawan berhasil memenuhi potensi mereka soal ilmu pengetahuan.
Contoh alat astronomi kuno Listverse

Contoh alat observasi astronomi kuno Listverse

Gara-gara Mimpi, Al Ma’mun Langsung Jadi Penggemar Sains

Al Ma’mun dikenal sebagai ‘khalifah sains’nya Islam. Di adalah sosok pemimpin dinasti Abbasiyah yang bertahta dari tahun 813-833. Namun, tahukah Anda bila Al Ma’mun mulai menjadi penggemar sains pasca bermimpi ketemu salah satu filsuf Yunani? Ya, filsuf itu adalah Aristoteles, murid dari Plato sekaligus guru dari Alexander Agung. Dalam mimpinya, Al Ma’mun mendapat penjelasan soal pentingnya membuka pikiran.

Dikatakan Al Ma’mun bahwa Aristoteles filsuf yang lahir 384 tahun sebelum masehi itu mengatakan:

    “Bila akal sehat dan wahyu tidak bertentangan, maka manusia harus mencari kebenaran Tuhan dengan cara membuka pikiran terhadap kekuatan nalar ketimbang menunggu wahyu.”

Selanjutnya, dalam mimpi itu Aristoteles menyuruh Al Ma’mun untuk menerjemahkan karyua-karya ilmiah dan buku-buku sains dalam bahasa Arab. Aristoteles berpendapat bahwa pengetahuan tidak mengenal batas wilayah kekuasaan, ras, atau pun kebangsaan.
Ilustrasi patung Aristoteles

Ilustrasi patung Aristoteles

Setelah mendapat mimpi itu, Al-Ma’mun menyuruh anak buahnya untuk mencari buku-buku ilmiah terbaik di Byzantium (kini Istanbul) dan penerjemah terbaik agar buku-buku Yunani itu bisa dibaca oleh umat Islam melalui bahasa Arab.

Al-Ma’mun kemudian diketahui memindahkan seluruh buku yang ada di perpustakaanya di Persia ke Baghdad (Irak) tempat Istana barunya berada yang bernama Baitul Hikmah.

Al-Ma’mun juga kemudian membangun Baitul Hikmah sebagai pusat pendidikan sekaligus perpustakaan tempat cendekiawan Islam mengembangkan pemikirannya. Di tempat itu, berkumpul akademisi Islam dan penerjemah buku-buku Yunani yang ketika itu kebanyakan adalah umat Kristen.

Bahkan, ilmuwan Islam terkenal al-Khawarizmi disebut jadi salah satu cendekiawan yang memanfaatkan Baitul Hikmah. Teori-teori sains terkenal karya Pythagoras dan Arkhimedes pun diterjemahkan dan secara masif dipelajari oleh segenap umat Islam di Baitul Hikmah. Tak berapa lama sains di wilayah negara-negara Islam pun berjaya.

Al-Ma’mun Mengutus Ilmuwan Buktikan Bahwa Bumi Bulat

Bumi bulat atau datar? Pertanyaan ini menghantui manusia sejak ribuan tahun lalu. Sosok pertama yang disebut mengungkapkan Bumi itu bulat adalah Pythagoras filsuf Yunani sekaligus penemu rumus segitiga Pythagoras. Walau begitu, di kala itu Pythagoras hanya berteori dan tak bisa membuktikannya.

Nah, tahukah Anda bila akhirnya salah satu khalifah atau pemimpin dinasti Islam pasca meninggalnya Nabi Muhammad akhirnya pernah membuktikan bahwa Bumi itu bulat? Sosok khalifah itu adalah Al Ma’mun ar-Rasyid yang memerintah tahun 813-833. Di masa pemerintahannya, Islam mencapai banyak kemajuan pesat di dunia sains, terutama bidang astronomi.

Buktinya seperti telah dibahas sebelumnya, Al-Ma’mun mendirikan sebuah pusat observasi astronomi Islam pertama di Shamsiya pada tahun 829. Pusat observasi itu pada akhirnya menjadi tempat pembuktian teori astronomi kuno, misalnya jarak matahari dan gerakan planet.

Tidak hanya itu, sebelumnya pada tahun 820 Al-Ma’mun mengutus ilmuwan astronomi dan geologi muslim dari Bani Musa untuk mengukur keliling Bumi. Pada masa itu, hal ini mungkin diangap gila, namun semua ini terjadi pasca penerjemahan buku astronomi kuno paling terkenal “Almagest” karya Ptolemy. Awalnya Al-Ma’mun penasaran apakah Bumi benar-benar bulat dan memiliki lingkar seperti yang tertulis di buku-buku astronomi.

Ketika itu ilmuwan Bani Musa mengukur jarak antara kota Tadmur ke al-Raqqah (dua-duanya kini berada di Suriah). Berdasarkan perbedaan garis lintang sekitar 1 derajat, ditemukan panjang lingkar Bumi yang ternyata 38.000 kilometer. Belum, percaya dengan hasil itu, akhirnya Al-Ma’mun mengutus ilmuwan untuk melakukan perhitungan kedua.

Pada percobaan kedua ini, ditemukan lingkar Bumi sekitar 40.248 kilometer. Perhitungan ini sangat mirip dari perhitungan keliling Bumi modern yang hasilnya 40.068 kilometer. Penelitian ilmuwan Bani Musa atas perintah Al-Ma’mun ini sekaligus membuktikan bila sebenarnya Bumi itu bulat, bukannya datar. Penelitian ini kemudian banyak tertulis di dalam buku-buku astronomi dunia dan jadi salah satu sumbangsih besar dunia Islam pada ilmu pengetahuan dan sains.

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Firman-firman Allah SWT dan Hadist-hadist Rasulullah SAW setentang ilmu pengetahuan seperti berikut ini:

Firman-firman Allah SWT tentang ilmu pengetahuan:

QS. Mujaadilah 11:

    ” Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (QS. Al Mujaadilah:  11)

QS. Ali Imraan : 18

    “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imraan : 18)

QS. Thaha 114:

    “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” ” (QS. Thahaa : 114)

QS. Faatir : 28

    “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ” (QS. Faatir : 28)

QS. Az Zumar 9:

    “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar: 9)

Sebenarnya masih ada beberapa ayat Al-Quran lainnya tentang pentingnya ilmu dan hal mempelajari ilmu, namun tidak semuanya dimuat dalam artikel ini.

Hadist-hadist tentang ilmu pengetahuan

• Dari Mua’awiyah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa dikehendaki oleh Allah menjadi baik, maka Dia memberikan kefahaman (ilmu) masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke Syurga.” (HR. Muslim)

• Dari Sahl bin Sa’ad ra bahwasanya Nabi SAW bersabda:

 “Dan Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan perantaraan ilmu, itu lebih baik daripada unta merah (hak milik orang yang paling berharga).” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda:

“Sampaikanlah (ilmu) dari aku meski hanya satu ayat, dan boleh saja kalian menceritakan dari Bani Israil (boleh) untuk diambil pelajaran. Dan barang siapa mendustakan atasku (mengatasnamakan suatu pembicaraan kepada Nabi, padahal kalian tidak menyabdakannya) dengan sengaja, maka sebaiknya ia meletakkan tempat duduknya di Neraka.” (HR. Bukhari)

• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila anak Adam (manusia) mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau amak shaleh yang selalu mendo’akannya.” (HR. Muslim)

• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Dunia dan segala isinya adalah terkutuk kecuali dzikir dan taat kepada Allah SWT, serta orang alim dan orang yang belajar.” (HR. Turmudzi)

• Dari Anas ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” (HR. Turmudzi)

• Dari Abu Darda ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa  menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Syurga. Dan sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan di lautan memintakan ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan orang alim terhadap abid (orang yang ahli ibadah tetapi tidak alim), bagaikan kelebihan bulan purnama terhadap bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan bahwasanya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi para Nabi mewariskan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa mengambil (menuntut) ilmu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Turmudzi)

• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya (tidak menjawab dengan sebenarnya), maka kelak di hari Kiamat ia akan dikendalikan dengan kendali dari api Neraka. ” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

• Daru Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya bertujuan untuk mencari ridha Allah ‘Azza wa jalla, kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan kedudukan (kekayaan duniawi), maka ia tidak akan mendapatkan baunya Syurga kelak pada hari Kiamat.” (HR. Abu Daud)

• Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh, Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dari manusia begitu saja. Tetapi Allah SWT  mencabutnya dengan mengambil (mewafatkan) orang-orang yang berilmu, sampai tidak lagi tersisa seorang alim pun, lalu menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Para pemimpin yang bodoh itu ditanya, lalu mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda:

“Kelebihan orang alim terhadap orang yang ahli ibadah (tetapi tidak alim), seperti kelebihan ku terhadap orang yang paling rendah diantara kalian.”

Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya: “ Sesungguhnya Allah, Malaikat serta penghuni langit dan bumi sampai-sampai semut yang berada di sarangnya dan juga ikan, senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan (ilmu) kebaikan kepada manusia.” (HR. Turmudzi)

Yang demikian sesuai dengan Sabda Rasul, adalah sebagai kafarat (penghapus) terhadap sesuatu (kekhilafan) yang terjadi di dalam pertemuan. Sebenarnya masih ada beberapa hadis shahih Rasullulah lainnya tentang pentingnya ilmu dan hal mempelajari ilmu, namun tidak semuanya dimuat dalam artikel ini.

Runtuhnya Kejayaan Sains Islam

Era Kegelapan atau “Zaman Kegelapan” (The Dark Ages) pada masa lalu, adalah justru “Zaman Keemasan Islam” atau Islamic Golden Ages) di dunia Islam atau Muslim. Pada kala itu ribuan saintis menemukan banyak penemuan-penemuan baru di segala bidang lalu ditulis ke dalam buku-buku sains mereka.

Pada hukum Islam, jika seseorang baik itu ilmuwan atau tidak, lalu dia telah menemukan sesuatu, maka ilmu baru itu harus diberikan atau disebarkan kepada umat manusia, dan tidak diperkenankan dengan sistim “dijual”, “meminta upeti”, “hak cipta” atau “hak paten”. Karena dalam Islam, ilmu harus disebarkan tanpa bayaran, karena ilmu adalah salah-satu pahala yang tak akan pernah habis walau dia meninggal dunia.

Namun kebaikan ini dipergunakan oleh saintis barat untuk mempelajarinya dari buku-buku sains itu, lalu ditulis ulang dan dipatenkan atas nama-nama mereka. Setelah ditulis ulang, kemudian buku-buku itu dihancurkan, dibakar atau dibuang. Maka, hingga kini yang tercatat dalam sejarah adalah penemu-penemu dari Yunani, Romawi atau dari dunia Barat.
Ilmuwan Muslim

Peneliti Muslim pada masa keemasan ilmu di dunia Islam

Penemuan-penemuan di dunia Islam oleh para saintis Muslim termasuk bidang biologi, berbagai bidang teknik, ekonomi, ilmu sosial, kedokteran, ilmu bedah, ilmu syaraf (neuroscientists), psikologi, robotika, optikal, geografi, ilmu bumi, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu politik, astronomi, astro-fisika dan masih banyak lainnya.

Tahukah Anda siapa yang dapat memetakan bola dunia paling mirip dengan penampakkan oleh satelit pada masa kini? Tahukan Anda kata “camera” berasal dari bahasa Arab “kamrah”? Tahukah Anda siapa penemu Al-Jabbar (Al-Gebra), Al-Logaritma, Alcohol dan lainnnya? Tahukah Anda bahwa banyak sekali nama-nama pulau dan benua yang pernah dijelajahi oleh pelaut Muslim awalnya berbahasa Arab? Kini semuanya telah diganti.

Tahukah Anda bahwa ribuan spesies hewan awalnya bernama Arab? Kini diganti dengan penamaan Latin. Tahukan Anda bahwa sebenarnya nama-nama planet, bahkan 2/3 dari jumlah seluruh bintang di langit yang hingga sekarang dapat Anda lihat, awalnya adalah berbahasa Arab juga? Kini, nyaris semuanya diganti oleh nama-nama dewa Yunani.

Kala itu, planet-planet sudah banyak ditemukan, bahkan pada masa itu, 2/3 setiap bintang-bintang yang bisa kita pandangi tiap malam di langit nan gelap hingga kini, pernah dinamai dengan bahasa Arab.

Lalu, kenapa dunia sains di dunia Islam kini terpuruk? Karena setelah Al-Ma’mun wafat, sebagian ulama ada yang mengatakan, bahwa jika MENGUTAK-ATIK ANGKA seperti matematika, fisika, kimia, astromoni dan ilmu yang menggunakan matematika lainnya, maka hukumnya adalah sama dengan ilmu sihir, alias haram!

Maka sejak itulah, dunia ilmu pengetahuan di negara-negara Islam yang paling jaya sejagat dimasa lalu tersebut, seketika menjadi runtuh! Dan sejak itu hingga kini, sains tidak dikuasai lagi oleh Islam.

Inilah Beberapa Ilmuwan dan Tokoh Sains Muslim Yang Dilupakan Dunia

Bagaimana mungkin seorang Muhammad membaca? Beliau adalah seorang buta huruf. Beliau bukan seorang ilmuwan. Beliau bukanlah seorang pengarang. Dan, Al-Qur’an tidak diwahyukan secara berurutan. Namun sesuai kejadian-kejadian yang dialami oleh beliau. Selama diwahyukan, Al-Qur’an tidak diturunkan berdasarkan ayat demi ayat yang berurutan, selalu acak, beda surah, beda ayat, beda kota, beda keadaan.

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Stamps_of_Azerbaijan%2C_2009-861.jpgKemudian dihafalkannya beserta semua sahabatnya agar tidak saling lupa. Namun ketika tiap ayat di Al-Qur’an yang telah diwahyukan tersebut disusun, ternyata menjadi beraturan.

Itulah salah satu kitab Ilahi yang sempurna, mukzizat yang tiada duanya karena tidak hanya dapat dinikmati oleh Rasul dan kaum di zamannya, namun oleh segenap umatnya hingga akhir zaman (for all mankind).

Di dalam Islam, ada tiga pilar yang harus dikerjakan untuk menjadi manusia yang selalu bertaqwa dan berbudaya dengan baik. Yaitu, percaya kepada Allah, menggali ilmu (ilm), dan mencintai sesama manusia.

Islam sering kali diberikan gambaran oleh orang-orang dan golongan yang tidak pernah mengenalnya sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak pernah menggalakkan umatnya untuk menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu pengetahuan. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi justru bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.

Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam berbagai bidang keilmuwan.

SCIENCE IS FUN..!

Pada masa lalu dan memang sudah ajaran Islam, bahwa jika seseorang menemukan alat atau apapun yang belum ada manusia yang menciptakannya, maka wajiblah baginya untuk menyebarkan hasil temuannya itu. Menyebarkannya kepada umat manusia agar mereka semakin dapat mempermudah pekerjaannya dan menjadikan mereka semakin bersyukur kepada Allah.

Mereka tidak menuntut satu apapun, termasuk “hak paten” atau “upeti” lainnya akibat temuannya tersebut.

Dan dari orang-orang baratlah ilmu-ilmu itu kemudian dicuri, lalu dipatenkan atas nama mereka masing-masing untuk mencari keuntungan. Banyak sekali penemuan-penemuan dari kebudayaan Islam yang tak tercatat sejarah. Misalkan, diantaranya adalah keilmuwan dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, astronomi dan sebagainya.

Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi mereka juga menguasai keilmuwan tersebut dalam masa yang singkat dan dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Iimuwan-Ilmuwan Muslim

Dari seluruh ilmuwan dan peneliti Muslim, berikut ini beberapa ilmuwan dan tokoh sains Muslim yang dilupakan dunia:

• Abu al-Qasim al-Zahrawi / Al-Bucasis

Meneliti: medis, kedokteran, ahli tulang, ahli bedah.

Sang Penemu Gips Era Islam. Abu Al Zahrawi merupakan seorang dokter, ahli bedah, maupun ilmuan yang berasal dari Andalusia. Ia adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Dia merupakan penemu asli dari teknik pengobatan patah tulang dengan menggunakan gips sebagaimana yang dilakukan pada era modern ini. Sebagai seorang dokter era kekalifahan, dia sangat berjasa dalam mewariskan ilmu kedokteran yang penting bagi era modern ini.

abu al-qasim al-zahrawiAl Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al Zahra yaitu sebuah kota yang terletak di dekat Kordoba di Andalusia yang sekarang dikenal dengan negara modern Spanyol di Eropa. Kota Al Zahra sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh Khalifah Abd Al rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961 Masehi. Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan dari Bani Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas. Menurut catatan sejarah keluarga ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang pindah ke Andalusia. Al Zahrawi selain termasyhur sebagai dokter yang hebat juga termasyhur karena sebagai seorang Muslim yang taat.

Dalam buku Historigrafi Islam Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul Turki menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi. Kebanyakan dia melakukan pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia sering kali tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Dia merupakan orang yang begitu pemurah serta baik budi pekertinya.

Selain membuka praktek pribadi, Al Zahrawi juga bekerja sebagai dokter pribadi Khalifah Al Hakam II yang memerintah Kordoba di Andalusia yang merupakan putra dari Kalifah Abdurrahman III (An-Nasir). Khalifah Al Hakam II sendiri berkuasa dari tahun 961 sampai tahun 976.

Dia melakukan perjanjian damai dengan kerajaan Kristen di Iberia utara dan menggunakan kondisi yang stabil untuk mengembangkan agrikultur melalui pembangunan irigasi. Selain itu dia juga meningkatkan perkembangan ekonomi dengan memperluas jalan dan pembangunan pasar. Kehebatan Al Zahrawi sebagai seorang dokter tak dapat diragukan lagi.

Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran modern adalah penggunaan gips bagi penderita patah tulang maupun geser tulang agar tulang yang patah bisa tersambung kembali. Sedangkan tulang yang geser, bisa kembali ke tempatnya semula. Tulang yang patah tersebut digips atau dibalut semacam semen.

Dalam sebuah risalahnya, dia menuliskan, jika terdapat tulang yang bergeser maka tulang tersebut harus ditarik supaya kembali tempatnya semula. Sedangkan untuk kasus masalah tulang yang lebih gawat, seperti patah maka harus digips. Untuk menarik tulang lengan yang bergeser, Al Zahrawi menganjurkan seorang dokter meminta bantuan dari dua orang asisten. Kedua asisten tersebut bertugas memegangi pasien dari tarikan.

Kemudian lengan harus diputar ke segala arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang atau pembalut yang lebih besar. Sebelum dokter memutar tulang sendi sang pasian, dokter tersebut harus mengoleskan salep berminyak ke tangannya. Hal ini juga harus dilakukan oleh para asisten yang ikut membantunya dalam proses penarikan.

Setelah itu dokter menggerakan tulang sendi pasien dan mendorong tulang tersebut hingga tulang tersebut kembali ke tempatnya semula. Setelah tulang lengan yang bergeser tersebut kembali ke tempat semula, dokter harus melekatkan gips pada bagian tubuh yang tulangnya tadi sudah dikembalikan. Gips tersebut mengandung obat penahan darah dan memiliki kemampuan menyerap. Kemudian gips tersebut diolesi dengan putih telur dan dibalut dengan perban secara ketat. Setelah itu, dengan menggunakan perban yang diikatkan ke lengan, lengan pasien digantungkan ke leher selama beberapa hari. Sebab jika lengan tidak digantungkan, maka lengan terasa sakit karena masih lemah kondisinya.

Sesudah kondisi lengan semakin kuat dan membaik, maka gantungan lengan ke leher dilepaskan. Jika tulang yang bergeser itu sudah benar-benar kembali dalam posisi semula dengan baik dan sudah tidak terasa begitu sakit lagi, maka buka semua balutan termasuk gips yang membalut tangan pasien. Tetapi jika tulang yang bergeser tersebut belum sepenuhnya pulih atau kembali ke tempat semula secara tepat, maka perban maupun gips yang membalut lengan pasien harus dibuka. Lalu lengan pasien dibalut lagi dengan gips dan perban yang baru setelah itu dibiarkan selama beberapa hari hingga lengan pasien benar-benar sembuh total.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/80/Al-zahrawi_surgical_tools.png

Alat kedokteran dan alat bedah Al-Zahrawi

Salah satu karya fenomenal Al Zahrawi merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab tersebut berisi penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan setelah dilakukannya proses operasi. Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia mengenalkan tehnik sublimasi.

Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan Kitab Al Tasrif pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber Theoricae nec non Practicae Alsaharavii.

Salah satu risalah buku tersebut juga diterjemahkan dalam bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone di Genova dan Abraham Indaeus pada abad ke-13.

Salinan Kitab Al Tasrif juga juga diterbitkan di Venice pada tahun 1471 dengan judul Liber Servitoris. Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada abad ke-12 dengan judul Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab karya Al Zahrawi semakin termasyhur di seluruh Eropa.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya yang mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai kampus-kampus. Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang termasyhur pada zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah dia meninggal, bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan kedokterannya masuk dalam kurikulum jurusan kedokteran di seluruh Eropa (video).

• Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri / Al Jahiz (Irak, Basra, Desember 868 / 781H – Baghdad, Januari 869H)

Meneliti: ilmu sastra, teologi, biologi, zoologi, evolusi, kuman, teori evolusi, adaptasi, psikologi, fauna, sejarah, filsafat.

Adalah seorang cendekiawan Afrika-Arab yang berasal dari Afrika Timur, (781 – Desember 868/Januari 869). Ia merupakan sastrawan Arab dan memiliki karya-karya dalam bidang literatur Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat, psikologi, Teologi Mu’taziliyah, dan polemik-polemik politik religi. Ia menulis penelitian tentang ilmu hewan (zoology) pertama kali. Ahli zoologi terkemuka dari Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang mencetuskan teori evolusi. Al-Jahiz lahir di Basra, Irak pada 781 M. Nama aslinya adalah Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri.

Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi Muslim dan Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan Charles Darwin pernah berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal tentang an-organik serta mineral.”

al-jahizAl-Jahiz lah ahli biologi Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori evolusi. Ilmuwan dari abad ke-9 itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup.

Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup.

Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains.

Beliau bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Qur’an dan hadist. Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya, lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal.

al-jahiz-stamp captureBerkat teori-teori yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia Islam.

Ilmuwan yang amat tersohor di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan kitab Ritab Al-Haywan (Buku tentang Binatang).

Dalam kitab itu dia menulis tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri.

Karirnya sebagai penulis ia awali dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz masih di Basra. Sejak itu, ia terus menulis hingga menulis dua ratus buku semasa hidupnya. Pada abad ke-11, Khatib al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat sebagian pekerjaannya dari Kitab al-Hayawan of Aristotle.

Selain al-Hayawan, beliau juga menulis kitab al-Bukhala (Book of Misers or Avarice & the Avaricious), Kitab al-Bayan wa al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstration), Kitab Moufakharat al Jawari wal Ghilman (The book of dithyramb of concubines and ephebes), dan Risalat mufakharat al-sudan ‘ala al-bidan (Superiority Of The Blacks To The Whites). Suatu ketika, pada tahun 816 M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal setelah lima puluh tahun menetap di Baghdad pada tahun 869, ketika ia berusia 93 tahun.

• Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi / Ar-Razi (Tehran, 864-930)

Meneliti: demam, penyakit cacar, alergi asma, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi Ar-RaziAtau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.

Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.

Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit Rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.

Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

• Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham / Alhazen (Basra, 965 – Kairo 1039)

Meneliti: sifat cahaya, penemu azaz kamera (kamrah), Physics, Optics dan Mathematics

Dikenal dalam kalangan cerdik pandai di dunia Barat dengan nama Alhazen, ia adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan termasuk ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan dan filsafat. Selain keilmuwan itu, ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai sifat-sifat cahaya dan yang berkaitan dengannya. Ia adalah penemu azaz kamera modern. Kata ‘Kamera’ sebenarnya berasal dari bahasa arab yaitu kamrah yang berarti ‘ruangan’.

Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura.

Ibnu Haitham - AlhazenPenemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.

Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai ”ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya.

Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton. “Kamera obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to Helmholtz’s perspective.

Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.

https://islamislogic.files.wordpress.com/2014/06/4512e-camera_obscura_box.jpg?w=235&h=176Bradley Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham: First Scientist, mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura.

“Dia merupakan ilmuwan pertama yang berhasil memproyeksikan seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar dengan kamera obscura,” papar Bradley.

Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera). Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista della Porta (1535-1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 – 1630 M).

https://islamislogic.files.wordpress.com/2014/06/4c9d2-ibnu2bkhaitami.jpg?w=282&h=188Tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.

Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat terbang dan pengukuran kinerja.

Pada Perang Dunia II kamera obscura juga digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah penciptaan kamera obscura yang dicapai al-Haitham mampu mengubah peradaban dunia. Peradaban dunia modern tentu sangat berutang budi kepada ahli fisika Muslim yang lahir di Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya telah menulis lebih dari 200 karya ilmiah. Semua didedikasikannya untuk kemajuan peradaban manusia.

Sayangnya, umat Muslim lebih terpesona pada pencapaian teknologi Barat, sehingga kurang menghargai dan mengapresiasi pencapaian ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam. Ia telah memberikan ilham kepada ahli sains dari dunia barat seperti Boger, Bacon dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain yang ditelitinya adalah: Physics, Optics and Mathematics.

• Abu Musa Jabir bin Hayyan / Jabir Ibn Hayyan / Gebert (721-815)

Meneliti: penemu ilmu kimia

Abu Musa Jabir bin Hayyan - GebertOrang-orang Eropa menamakan Jabir Ibnu Hayyan dengan nama Gebert, ia diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803.

Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan keilmuwan perubahan kimia di dunia Islam yang pertama. Lalu “ilmu baru” pada masa itu, kemudian berkembang dan akhirnya kita mengenalnya sebagai “Ilmu Kimia”.

Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad.

Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut. Bidang keahliannya, dimana dia mengadakan penelitian adalah di bidang: Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya.

• Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi / Al Kindus

al-kindiMeneliti: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran, ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno.

Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan.

Tetapi para sejarawan dunia termasuk barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri.

Al Khindi ahli adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno. Al-Kindi adalah seorang filosof Muslim dan ilmuwan sedang bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.

• Abul Hakam Umar bin Abdurrahman bin Ahmad bin Ali Al-Kirmani / Al-Kirmani (Kordoba, Al-Andalus / abad 12)

Al-KirmaniMeneliti: geometri, logika dan kedokteran (bedah, amputansi, kauterisasi).

Adalah cendekiawan besar abad ke-12 dari Kordoba, Al-Andalus. Oleh karenanya ia dikenal pula dengan nama”Al-Andalus”. Ia adalah murid dari Maslamah Al-Majriti. Ia mempelajari dan berkarya di bidang bidang geometri dan logika.

Menurut muridnya Al-Husain bin Muhammad Al-Husain bin Hayy Al-Tajibi, ia mengatakan:

“Tak ada yang sepandai Al-Kirmani dalam memahami geometri atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya yang tersulit, dan dalam mempertunjukkan seluruh bagian dan bentuknya.”

Ia lalu pindah ke Harran, Al-Jazirah yang sekarang terletak di Turki. Disana ia mempelajari geometri dan kedokteran. Ia lalu kembali ke Al-Andalus dan tinggal di Sarqasta (Zaragoza). Ia diketahui menjalankan praktik bedah seperti amputasi dan kauterisasi.

• Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi / El-Zahwari / Az Zahra / Abulcasis (Zahra, Kordoba, Spanyol / 936-1013)

al-zahrawiMeneliti: Al-Tasrif, kedokteran, gigi, kelahiran anak, bedah, obat-obatan.

Adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Dia lahir di Madinatuz Zahra’, 936 – 1013 yang dikenal di Barat sebagai Abulcasis.

Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, kini Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”.

Ia juga membuat alat bedah/pembedahan, teknik dan jenis pengoperasian, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan operasi gigi serta peralatan bedah gigi.

Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak.

Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Bidang lain: Surgery, Medicine.

• Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Abu Mansur al-Samarqandi al-Maturidi al-Hanafi / Abu Mansyur Almaturiddi (Maturidi, Samarqand)

Abu Mansyur AlmaturiddiMeneliti: ilmu kalam

Al-Maturidi kadang dikenal atau dipanggil juga sebagai al-Hanafi atau Abu Mansyur Almaturiddi.

Ia adalah seorang cendekiawan muslim dan ahli di bidang ilmu kalam. Maturidi dilahirkan di Maturid, dekat Samarqand.

Di bidang ilmu agama, beliau berguru pada Abu Nasr al-`Ayadi and Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani. Ia banyak menulis tentang Mu’tazilah, Qarmati dan Syiah.

• Abu Raihan Al-Biruni (Khawarazmi, Turkmenistan, Persia, 15 September 973 – 13 Desember 1048)

Abu Raihan Al-BiruniMeneliti: matematika, astronomi (determined Earth’s circumference), fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, obat-obatan, farmasi.

Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.

Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.

Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma’mun Khawarazmshah. Dia lahir 15 September 973 dan meninggal 13 Desember 1048. Bidang lain: Astronomy, Mathematics, determined Earth’s circumference.

• Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (Iran, 780 – 850)

al-khwarizmiMeneliti: matematika (Algebra / Algoritma / Aritmatika / Aljabar), astronomi dan geografi.

Adalah seorang pakar dalam bidang matematik, astronomi dan geografi dari Iran. Al-Khawarizmi juga dikenali sebagai bapa Algebra.

Orang Eropa menyebutnya dengan Al-Gorisma yang kemudian menjadi Algoritm. Nama itu kemudian dipakai orang-orang barat dalam arti kata Aritmatika atau Ilmu Hitung karena dia adalah seorang muslim yang pertama-tama dan ternama dalam ilmu Matematika dan ilmu hitung.

Ialah yang menemukan logaritma (berasal dari nama Al Khwarizmi) dan Al-Jabar (Al Jabr). Ia mempelajari ilmu bumi dengan menyatakan bumi itu bulat sebelum Galileo dengan bukunya Kitab Surah al Ardh.

Ia juga yang memperkenalkan Al-Jabar dalam bukunya yang terkenal berjudul Al-jabar Wal Muqobalah, kemudian buku tersebut disalin oleh orang-orang barat dan sampai sekarang ilmu itu kita kenal dengan nama Al-Jabar.

• Abbas Ibn Firnas / Abbas Abu al-Qasim ibn Firnas ibn Wirdas al-Takurini (810-887)

Meneliti: Arodinamika, aviasi

abbas-ibn-firnas_2Sebelum Da Vinci dan Wright bersaudara, inilah Abbas ibn Firnas. Kala itu, seribu tahun sebelum Wright bersaudara, astronomer Abbas ibn Firnas melakukan beberapa upaya untuk membangun sebuah mesin terbang! Ya seribu tahun sebelum Wright bersaudara!

Pada tahun 852 Masehi Abbas ibn Firnas melompat dari menara Masjid Agung di Cordoba menggunakan jubah longgar kaku dengan struts dari kayu.

Islam Museum of Australia telah menghormati karya dan membuat model  mesin terbangnya. Selain itu Islam Museum of Australia telah menugaskan proyek komunitas lain yang menyebut Abbas ibn Firnas, ayah dari glider penerbangan modern atau “the father of modern glider aviation”.

Pada tahun 1976, untuk menghormati Abbas ibn Firnas, badan Planetary System Nomenclature (IAU/WGPSN) menamakan sebuah kawah di bulan sesuai namanya “Ibn Firnas crater”.

Berdasarkan ingatan sejarah penemu Spanyol abad ke-9 yang terkenal dan juga sarjana, sebanyak tiga insinyur kedirgantaraan Muslim Australia bersatu untuk membuat model skala dari alat terbang Abbas ibn Firnas yang mulai terkenal itu (video).

• Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi / Razes (864-930)

al-razi RazesMeneliti: Ilmu Kimia (Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya), Medicine, Ophthalmology, Smallpox, Chemistry, Astronomy.

Hidup antara tahun 864-930 dan namanya dilatinkan menjadi Razes, yaitu seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu. Ia telah membuat lebih dari 200 manuscripts!

Ia pernah mengadakan satu penelitian yang bernama Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut “Ilmu Kimia”.

Di dalam penelitiannya pada waktu itu, Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya.

Pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit. Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar.

Disamping itu, Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Lboratorium Kimia yang pertama di dunia. Bidang lain yang ditekuninya: Medicine, Ophthalmology, Smallpox, Chemistry, Astronomy.

• Abu Nasir Al-Farabi / Al-Farabius (870-900)

al-farabiMeneliti: bidang logika, matematika, etika, filosofi, politik, sosiologi, music, sains.

Orang barat menyebutnya dengan Alfarabius. Ia hidup antara tahun 870 sampai dengan tahun 900 Masehi.

Al Farabi merupakan tokoh sekaligus peneliti Islam yang pertama dalam bidang Logika (Logics).

Selain keilmuwan logika, Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika, Filosofi, Politik dan sebagainya.

Namun bidang ilmu pengetahuan yang paling ditekuni Al Farabi adalah: Sociology, Logic, Philosophy, Political Science dan Music.

• Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani / Abū al-Wafā Būzhjānī / Abul Wafa (Buzhgan, Nishapur, Iran / Persia 940 – 997 / 998)

Abul Wafa craterMeneliti: astronomi (pergerakan Bulan), matematika (trigonometri).

Abul Wafa adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Persia. Pada tahun 959, Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya trigonometri di sana.

Dia juga mempelajari pergerakan bulan. Salah satu kawah di bulan dinamai Abul Wáfa sesuai dengan namanya.

Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri. Selain itu ia juga menemukan rumus sinus untuk geometri sferik yang mirip dengan hukum sinus pada masa kini.

• Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina / Ibnu Sina / Syeh Al-Rais / Avicenna (986-1037)

ibnu sina avicennaMeneliti: kedokteran, pengobatan (medicine), fisika, geologi, mineralogi, matematika, astronomi, filsafat, ilmuwan ensiklopedi, psikologi, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.

Ibnu Sina atau dikenal juga dengan nama Avicenna, hidup antara tahun 986-1037 Masehi. Ia adalah seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeh Al-Rais.

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.”

George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu”. Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu. Bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi. Juga dibidang Medicine, Philosophy, Mathematics, Astronomy.

• Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi / Al-Idrisi (Sicily, Masihi, Ceuta, Spanyol, 1099 – 1166)

Al-idrisiMeneliti: geografi.

Merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup di Sicily (Sisilia). Sumbangan utama tokoh ini ialah menghasilkan peta bebola perak seberat 400 paun untuk Raja Roger II, lengkap dengan membagikan dunia kepada 7 iklim, laluan perdagangan, teluk, tasik, sungai, bandar-bandar besar, bukit dan lembah serta gunung-ganang. Al Idrisi lahir 1099 Masihi di Ceuta, Spanyol dan meninggal pada 1166 Masihi.

Beliau juga mencatatkan jarak dan ketinggian sesuatu tempat dengan tepat. Tokoh Geografi kurun ke-12 ini kemudiannya menghasilkan buku Nuzhah al Musytaq fi Ishtiraq al Afaq (Kenikmatan pada Keinginan Untuk Menjelajah Negeri-negeri) atau Roger’s Book yaitu sebuah ensiklopedia geografi yang mengandungi peta dan informasi tentang negara Eropa, Afrika dan Asia.

Buku ini mencatatkan perihal masyarakat, budaya, kerajaan dan cuaca negara-negara yang terdapat di dalam petanya. Beliau penemu garisan lintang dan garisan bujur yang diperkenalkannya dalam peta yang dihasilkan. Beberapa abad lamanya, Eropa menggunakan peta Al-Idrisi, dan turut menggunakan hasil kerja ilmuwan ini ialah Christopher Columbus.

• Ahmed Muhiddin Piri / Hacı Ahmed Muhiddin Piri / Piri Reis

piri-reis-3Meneliti: geografi, peta dunia.

Reis (Rais) berarti Kapten, adalah Kaptan-ı Derya, geograf, dan kartograf Utsmaniyah yang lahir antara tahun 1465 dan 1470 dan meninggal antara 1554 atau 1555.

Piri Reis adalah kartografer Muslim terkemuka yang mewariskan peta dunia terlengkap pertama yaitu Peta Piri Reis.

Pencipta peta dunia terlengkap dibuat pada tahun 1513. Para ahli satelit sendiri pun merasa terkejut dengan model pemetaan yang dibuat oleh tokoh Muslimin ini.

Peta yang dibuat diatas sepotong kulit rusa berukuran 90×65 centimeter itu benar-benar digambarkan lengkap dan cukup detail. Bahkan hasil perbandingan dengan pemotretan dari angkasa yang dilakukan menggunakan satelit saat ini, memiliki bentuk yang sangat mirip.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/27/Piri_Reis_map_of_Europe_and_the_Mediterranean_Sea.jpg/640px-Piri_Reis_map_of_Europe_and_the_Mediterranean_Sea.jpg

Peta Eropa menurut Piri Reis.

Mulanya para sejarawan tidak percaya akan bukti keberadaan peta Piri Reis tersebut. Banyak ahli pembuat peta dimasa lalu bahkan setelah Piri Reis, dan kemudian dicocokkan, peta yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut Timur Tengah. Sementara kawasan lainnya seperti benua Afrika dan Amerika yang dibuat Piri Reis, sama sekali tergambar sangat berbeda dengan ahli peta lainnya.

Barulah setelah peradaban manusia bisa membuat pesawat terbang apalagi satelit, gambar hasil pemotretan dari satelit pada zaman modern ini dipadukan dengan peta kuno karya Piri Reis tersebut. Ternyata sangat nyata kebenarannya bahwa gambar yang ditorehkan dalam kulit itu memang sangat detail dan terperinci oleh foto satelit pada masa modern ini!

• Ghiyatuddin Abu al-Fatah Omar ibni Ibrahim Al-Nisaburi Khayami / Omar Al-Khayyám / ‘Umar Khayyām (Nishapur, Iran / Persia, 18 Mei 1048 – 4 Desember 1131)

Omar_KhayyamMeneliti: sastra, matematika, astronomi.

‘Umar Khayyām, adalah seorang sastrawan, pemuisi (pembuat puisi), ahli matematika, dan ahli astronomi.

Khayam yang lahir pada 18 Mei 1048 di Nishapur, Persia (kini Iran) dan meninggal 4 Desember 1131 itu mempunyai nama asli Ghiyatuddin Abu al-Fatah Omar ibni Ibrahim Al-Nisaburi Khayami.

Khayam adalah perkataan pinjaman bahasa Arab yang bermakna “pembuat khemah”. Beliau paling dikenali karena kumpulan puisinya, Rubaiyat Omar Khayyam.

Pada masa hidupnya, selain sebagai pembuat puisi dan penyair, ia juga amat terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Ia juga memecahkan persamaan pangkat tiga dan pangkat empat melalui kerucut-kerucut yang merupakan ilmu Al-Jabar tertinggi dalam matematika modern.

Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga sebelas desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah peta bintang di angkasa yang kini peta itu lenyap entah kemana.

• Ibn Al-Nafis Damishqui / Ibnu Nafis (Damaskus, Suriah 1210 – Kairo, Mesir 17 Desember 1288)

Ibn_al-NafisMeneliti: kedokteran (peredaran darah, paru-paru)

Ia lahir di Damaskus (kini wilayah Suriah) pada tahun 1210 – meninggal di Kairo (kini wilayah Mesir), pada 17 Desember 1288 di umur 77/78 tahun.

Ibnu Nafis merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia pada tahun 1242.

Penggambaran kontemporer proses ini telah bertahan hingga kini. Namun, Harvey (1628) dianggap orang pertama yang menemukannya.

Khususnya, ia juga merupakan orang pertama yang diketahui telah mendokumentasikan sirkuit paru-paru. Secara besar-besaran karyanya tak tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924.

• Ibnu Khaldun / Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami (Tunisia, 27 Mei 1332/732H – 19 Maret 1406/808H)

Ibn_KhaldunMeneliti: filsafat, sejarah, sosiologi, ekonomi.

Ibnu Khaldun, lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H adalah sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah dan sosiologi.

Sejarawan muslim dari Tunisia yang mempunyai nama asli Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami ini, sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi.

Buku karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan) atau dalam bahasa Inggris “Introduction” atau dalam bahasa Yunani,  Prolegomena.

Buku ini dipengaruhi sejarawan Ottoman abad ke-17 seperti Kâtip Çelebi, Ahmed Cevdet Pasha dan Mustafa Naima yang menggunakan teori dalam buku untuk menganalisis pertumbuhan dan penurunan Kekaisaran Ottoman. Para sarjana Eropa di abad ke-19 juga mengakui pentingnya buku itu dan menganggap Ibn Khaldun sebagai salah satu filsuf terbesar dari Abad Pertengahan.

• Nasir al-Din Tusi / Al Tusi / Khawaja Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan Tūsī (17 February 1201 – 25 Juni 1274)

Al-Tusi_NasirMeneliti: Astronomi, filsafat, teologi, Ilm al-Kalam, Islamic Philosophy, Astronomy, Mathematics, Chemistry, Biology and Medicine, Physics, Non-Euclidean Geometry, Science.

Al Tusi lahir di Tus, sebuah wilayah di Khorasan, Iran bagian utara, ia adalah seorang astronom dan ilmuwan kawakan yang melakukan penelitian tentang gerakan benda-benda langit termasuk planet-planet, dan ia juga membuat model planet (planetarium) jauh sebelum Copernicus.

Al Tusi lahir pada tanggal 17 February 1201 (11 Jamadi al-Ula 597) dan meninggal dunia pada tanggal 25 Juni 1274, di umur 73 tahun (18 Dhu’l-Hijjah 672).

Selain seorang astronom, Al Tusi juga seorang arsitek, ahli biologi, kimia, matematika, filsuf, dokter, fisikawan, ilmuwan dan teolog.

• Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari / Ibnu Ismail Al Jazari / Al Jazari (1136-1206)

al-jazariMeneliti: robotika, mekanika, fluida

Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Robotika Modern. Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot.

Ia dipanggil Al-Jazari karena lahir di Al-Jazira, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris dan Efrat, Irak. Seperti ayahnya ia mengabdi pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik.

”Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin” (Donald Hill).

Kalimat di atas merupakan komentar Donald Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi, atas buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazar.

Dia adalah penulis Kitáb fí ma’rifat al-hiyal al-handasiyya (Buku Pengetahuan Ilmu Mekanik) pada tahun 1206, di mana dia menjelaskan lima puluh peralatan mekanik berikut instruksi tentang bagaimana cara merakitnya. Salah satu yang terkenal adalah “Jam Gajah” ciptaannya.

Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di bidang mekanik dan industri. Lahir di Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai Tigris dan Efrat. Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar biasa pada masanya (video).

• Ali Ibn Sahl Rabban Al-Tabari / Al-Tabari / Rabban (838-870)

al tabari - rabbanMeneliti: bidang hukum, kedokteran, psikologi

Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Tabari atau dipanggil juga sebagai Al-Tabari atau Rabban.

Ia lahir sekitar tahun 838 dan wafat sekitar tahun 870 Masehi, namun juga ada yang menyebutkan ia hidup pada 810 – 855 atau 808-864, juga 783-858, adalah seorang Muslim hakim, ulama, dokter dan psikolog, yang menghasilkan salah satu ensiklopedia pertama pengobatan.

Kehidupannya, kisahnya dan perawakan bagaimanapun juga terhalang oleh muridnya yang lebih terkenal, yaitu Muhammad bin Zakariya ar-Razi atau biasa dipanggil “Rhazes”.

• Ibnu Batutah / Abu Abdullah Muhammad bin Battutah (1369)

Ibn_Battuta Ibnu BatutahMeneliti: Membuat daftar koordinat dan sosiologi wilayah China, Srilangka, India, Byzantium, Rusia Selatan.

Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau Ibnu Batutah (24 Februari 1304 – 1368 atau 1377) adalah seorang pengembara Berber Maroko.

Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia.

Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Hampir semua yang diketahui tentang kehidupan Ibnu Batutah datang dari dirinya sendiri.

Meskipun dia mengklaim bahwa hal-hal yang diceritakannya adalah apa yang dia lihat atau dia alami, kita tak bisa tahu kebenaran dari cerita tersebut. Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji—ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

• Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad / Ibn Rushd / Ibnu Rushdi / Ibnu Rusyid / Ibnu Rusyd / Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti / Averroes (Spanyol, 1126 – Maghribi, 1198)

Meneliti: astronomi (kalender Hijriyah, triangulasi, geodesi), kimia, matematika, falsafah, pengobatan, matematika, kimia, teologi, ahli fikah mazhab Maliki, geografi dan sains.

Averroes-Ibn-RushdDia lahir tahun 1126 di Marrakesh, Maroko, dan meninggal di Maghribi 10 Desember 1198, namun ada pula yang mencatat ia meninggal pada tahun 1008 atau 1007 Masehi. Beliau adalah ahli falsafah dari Spanyol (Andalusia) yang paling agung yang pernah dilahirkan dalam sejarah Islam.

Selain ahli falsafah, ia juga ilmuwan dalam pengobatan, matematika, teologi, ahli fikah mazhab Maliki, astronomi, geografi dan sains.

Pengaruhnya bukan saja berkembang luas didunia Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat di Eropa. Di Barat, beliau dikenal sebagai Averroes dan bapa kepada fahaman sekularisme. Ia juga ikut serta dalam penerjemahan Planispherium karya Ptolemeus, memperbaiki terjemahan Almagest, memperbaiki tabel astronomi dari Al-Khwarizmi, menyusun tabel konversi kalender Persia ke kalender Hijriah, serta mempelopori teknik-teknik geodesi dan triangulasi.

Ia juga ditulis sebagai salah satu penulis Ensiklopedia Ikhwan As-Shafa, tapi kecil kemungkinan bahwa ia benar-benar salah satu penulisnya. Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik.

Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.

• Imam Hanafi / Abu Hanifa / An Nukman bin Tsabit (700)

Meneliti: teologi Islam

Beliau lahir 699 M (80 Hijri) di Kufah, Irak dan meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M). Ajarannya dalam ilmu fiqih adalah selalu berpegang pada Al-Qur’an dan hadis. Beliau tidak menghendaki adanya taklid dan bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam Al Qur’an dan hadis. Dalam menetapkan hukum fiqih beliau bersumber pada Al Qur’an, hadis, qiyas dan ihtisan.

• Imam Maliki / Malik bin Anas / Abu Abdillah Malik bin Annas / Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi (716/714 – 800)

Meneliti: teologi Islam

Beliau lahir di Madinah tahun 716 Masehi, namun ada yang meyakini ia lahir di Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.. Beliau merupakan ulama besar di kawasan Arab. Dalam menetapkan ilmu fiqih, beliau berpedoman pada Al Qur’an, hadis, ijma sahabat dan kemaslahatan urf (adat) penduduk Madinah. Buku karangannya diantaranya adalah Al Muwaththa. Imam Maliki ini adalah guru Imam Syafi’i.

• Al-Safi’i / Imam Syafi’i / Abū ʿAbdullāh Muhammad ibn Idrīs al-Shāfīʿī (767)

Meneliti: teologi Islam

Beliau dilahirkan di Palestina tahun 767 M. Menurut riwayat, beliau telah mahir membaca dan menulis Arab pada usia 5 tahun. Pada usia 9 tahun, beliau telah hafal Al Quran 30 juz. Pada usia 10 tahun, beliau sudah menghafal hadist yang terdapat dalam kitab Al Muwaththa karya gurunya, Imam Malik.

Di usianya yang 15 tahun, beliau lulus dalam spesialisasi hadist dari gurunya Imam Sufyan bin Uyaina, sehingga beliau diberi kepercayaan untuk mengajar dan memberi fatwa kepada masyarakat dan menjadi guru besar di Masjidil Haram, Mekah.

Dalam menetapkan ilmu fiqih, Imam Syafi’i berpedoman pada Al Qur’an, hadis, ijma’ dan qiyas. Buku karangan Imam Syafi’i adalah Ar Risalah dan Al ‘Um. Ajaran Imam Syafi’i terkenal dengan Mazhab Syafi’i yang banyak dianut oleh umat Islam di Indonesia, Asia Tenggara, Mesir, Baghdad, dan negara lainnya.

• Imam Hanbali / Ahmad ibn Hanbal / Aḥmad bin Muḥammad bin Ḥanbal Abū ʿAbd Allāh al-Shaybānī (855)

Meneliti: teologi Islam

Beliau lahir November, 780 (Rabi-ul-I, 164 AH) di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak, dan wafat pada 2 Augustus, 855 (12 Rabi’-ul-I, 241 AH) di Baghdad. Ajarannya terkenal dengan nama Mazhab Hambali. Dalam menetapkan hukum fiqih, Imam Hambali berpedoman pada Al Qur’an, hadis, dan fatwa para sahabat.

• Imam Ghazali / Al-Ghazali / Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali (1058)

Meneliti: ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu akhlak.

Beliau lahir pada 450 AH/ 1058 AD di Tus, Persia (sekarang wilayah Iran), dan wafat pada 20 December, 111 (14 Jumadi-II, 505 AH) di kota yang sama. Beliau tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu akhlak. Karena keluasan ilmunya, beliau mendapat gelar Hujjatul Islam. Karya beliau diantaranya adalah Tahafut Al Falasifah, Huluqul Muslim, dan yang terkenal adalah Ihya’ Ulumuddin. Pelopor pembuat klasifikasi fungsi sosial pengetahuan yang dalam perkembangannya mengarah timbulnya berbagai jenis referensi dan karya bibliografi, ahli ilmu kalam, ahli tasawuf.

• Al-Masudi / Abul Hasan Ali Al-Masu’di (957)

Meneliti: sejarah, geografi dan falsafah

Lahir pada 896 (282-283 AH) di Baghdad, wafat pada September 956 (Jumadi ul-Thani, 345 AH), merupakan salah seorang pakar sains Islam dan ahli sejarah, geografi dan falsafah. Dia pernah mengembara ke Sepanyol, Rusia, India, Sri Lanka dan China serta menghabiskan umurnya di Syiria dan Mesir. Dia berasal dari keturunan sahabat Nabi Muhammad, Abdullah bin Mas’ud.

Bukunya Muruj adh-Dhahab wa Ma’adin al-Jawahir (Padang Emas dan Lombong Manikam) yang ditulis pada 943, merupakan himpunan kisah perjalanan dan pembelajarannya. Ia menyentuh aspek sosial dan kesusasteraan sejarah, perbincangan mengenai agama dan penerangan geografi. Dia juga menulis buku Al-Tanbih wa al-Ashraf, yang merupakan buku terakhirnya.

• Abu Nashr Mansur bin Ali ibn Iraq (Khwarazm, Afghanistan 970 – 1036)

Meneliti: matematika (hukum sinus), astronomi, politik.

Dilahirkan di Gilan, Khwarazm Persia dari keluarga yang menguasai daerah itu. Ia kemudian menjadi pangeran dalam iklim politik. Ia merupakan guru Al-Biruni dan juga kolega penting para matematikawan. Bersama mereka menorehkan karya penemuan besar dalam matematika dan mendedikasikan karyanya pada orang lain.

Kebanyakan karya Abu Nashr berfokus pada matematika, namun beberapa karyanya pada astronomi. Dalam matematika, ia memiliki banyak tulisan penting pada trigonometri, yang dikembangkan dari tulisan Ptolomeus. Ia juga memelihara karya Menelaus dari Alexandria dan mengerjakan kembali banyak teorema Yunani. Ia meninggal dekat kota Ghazna di daerah yang kini Afganistan.

• Ibnu Bajjah / Avempace / Abû Bakr Muḥammad Ibn Yaḥyà ibn aṣ-Ṣâ’igh at-Tûjîbî Ibn Bâjja al-Tujibi (Saragossa, Spanyol, Fes, 1138)

Meneliti: kedokteran, matematika, astronomi, filsafat Islam

Ia merupakan filsuf dan dokter Muslim Andalusia yang dikenal di Barat dengan nama Latinnya, Avempace. Ia lahir tahun 1095 di Zaragoza, Al-Andalus yang kini bernama Spanyol dan meninggal di Fez, Maroko pada 1138. Pemikirannya memiliki pengaruh yang jelas pada Ibnu Rushdi dan Yang Besar Albert. Kebanyakan buku dan tulisannya tidak lengkap (atau teratur baik) karena kematiannya yang cepat.

Ia memiliki pengetahuan yang luas pada kedokteran, matematika, dan astronomi. Sumbangan utamanya pada filsafat Islam ialah gagasannya pada Fenomenologi Jiwa, namun sayangnya tak lengkap. Ekspresi yang dicintainya ialah Gharib dan Motivahhed, ekspresi yang diakui dan terkenal dari Gnostik Islam.

• Said Al-Andalusí (Almería, 1029 – Toledo, 1070) “Al-Tulaytuli” (dari Toledo)

Meneliti: Sejarah, klasifikasi bangsa dan pergerakan bintang

Adalah seorang qadi, ilmuwan dan sejarawan Al-Andalus. Karyanya yang terkenal adalah Tabaqat Al-Umam (Klasifikasi Bangsa-Bangsa), yang banyak dipelajari oleh para sejarawan. Karyanya yang lain adalah Kumpulan Sejarah Bangsa Arab dan Non-Arab, dan Koreksi Pergerakan Bintang-Bintang.

• Banu Musa / Abū Jaʿfar / Muḥammad ibn Mūsā ibn Shākir (sebelum 803 – February 873), Abū al‐Qāsim, Aḥmad ibn Mūsā ibn Shākir (sebelum abad 9) dan Al-Ḥasan ibn Mūsā ibn Shākir (abad 9)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/01/Banu_musa_mechanical.jpg

Lampu trimming mekanik oleh Abu Musa

Meneliti: ilmu teknik, logam dan tambang

Ia adalah seorang astronom dan matematikawan dari Baghdad. Ia bersama kedua saudaranya (Ahmad Banu Musa dan Hasan Banu Musa) sangat aktif menerjemahkan berbagai buku sains dari manuskrip Yunani dan Pahlavi ke dalam bahasa Arab pada masa kekhalifahan Al-Ma’mun.

Pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat pintar) yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis, kincir air dan system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda), teknik pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan tambang bawah tanah.

• Abu’l Hasan Tsabit bin Qurra’ bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18 Februari 901). Meneliti: astronomi dan matematika

Adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin. Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.

• Al Battani (929). Meneliti: astronomi, geogafi

Ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak Bumi – Matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada globe dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa Bumi berputar pada porosnya, dan mengukur keliling Bumi (jauh sebelum Galileo), ia juga membuat table astronomi dan orbit planet-planet.

• Ibnu Al Haytsam (1039). Meneliti: ilmu optikal

Pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya (Kitab Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran bintang-bintang dekat zenit.

• Ahmad ibnu Yusuf al-Misri (835 – 912). Meneliti: ilmu matematika

Adalah seorang matematikawan, putra dari Yusuf ibnu Ibrahim yang juga seorang matematikawan. Ahmad ibnu Yusuf lahir di Baghdad, Irak dan kemudian pindah bersama bapaknya ke Damaskus pada tahun 839. Kemudian ia pindah lagi ke Kairo, dan dari sini lah namanya mendapat tambahan al-Misri (dari Mesir).

• Jafar Muhammad bin Musa bin Shakir Banu Musa, (800 – 873). Meneliti: astronomi dan matematika

Adalah seorang astronom dan matematikawan dari Baghdad. Ia bersama kedua saudaranya (Ahmad Banu Musa dan Hasan Banu Musa) sangat aktif menerjemahkan berbagai buku sains dari manuskrip Yunani dan Pahlavi ke dalam bahasa Arab pada masa kekhalifahan Al-Ma’mun.

• Al Battani (sekitar 850 – 923). Meneliti: astronomi dan matematika

Adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri.

• Ibnu Thufail (1185). Meneliti: medis dan filsafat

Dokter, filosof, penulis novel filsafat paling awal Risalah Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan judul barunya Robinson Crusoe.

• Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi / Ibn al-Baitar (Malaga, Spanyol). Meneliti: berbagai ilmu (sains)

Merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun 1200-an, ia meninggal pada tahun 1248. Lebih dikenali sebagai Ibn al-Baitar, beliau dilahirkan di Malaga, Spanyol.

• Yaqut Hawami (1229). Meneliti: geografi

Membuat kamus geografi pertama berdasarkan abjad berisikan nama kota dan tempat yang dikenal dan berisi informasi akurat mengenai ukuran bumi, zona iklim dan sifatnya, geografi matematika dan politik.

• Abu Al-Nasr Al-Farabi / Al-Pharabius (870 – 950). Meneliti: filsafat

Dikenali sebagai Al-Pharabius di dunia barat, ia merupakan salah seorang pakar sains dan ahli falsafah Islam yang hebat dalam dunia Islam pada kala itu, beliau hidup antara tahun 870 – 950. Dia berasal dari Farab, Kazakhstan.

• Ibnu Al Muqaffa (757). Meneliti: fauna

Pengarang kitab Al Hayawan atau kitab tentang Binatang/ Ensiklopedia tentang Hewan.

• Al Mawsili (850). Meneliti: alat musik, musik klasik, melodi, notasi

Ahli musik klasik, pengembangan notasi mensural, konsep gloss atau hiasan melodi, pengembangan rumpun alat musik gesek, kecapi, kelompok gitar, busur gesek pada alat musik gesek, musik keroncong dan morisko. Oleh muridnya yang menjadi musisi ulung bernama Ziryab memperkenalkan ke Spanyol pada tahun 822.

• Al Khazini (1121). Meneliti: tehnik kontruksi, mekanika, fisika

Ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran (geodesi) dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori zat padat, sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900 thn dari Newton)

• Al Farazi (790). Meneliti: tehnik mesin, astronomi

Perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu tertentu.

• Al Mas’udi (896-956). Meneliti: geografi, gempa bumi, geologi

Menerbitkan ensiklopedi geografi yang membahas gempa bumi, formasi geologis, sifat dasar laut mati, evolusi geologi (jauh sebelum Maghelan dan Weber). Al- Mas’udi adalah seorang ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam bidang sains Islam, sekaligus pengembara. Banyak negari yang telah dia kunjungi dan puluhan karya yang telah dihasilkan. Al mas’Udi disebut sebagai Pilinius dari sastra Arab, karena pengetahuan geografinya.

Dalam bukunya Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-jawahir, ia menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi. Ia juga berkisah tentang laut mati dan tentang kincir angin pertama, yang menurutnya mungkin sekali merupakan penemuan orang Islam. Ia juga merumuskan teori yang dapat dikatakan sebagai dasar awal dari teori evolusi.

• Ma’mun Ar Rasyid  (815). Meneliti: pelopor perpustakaan. Ia hidup tahun 815, abad 9 adalah pelopor pendiri perpustakaan umum pertama di dunia yang dikenal dengan Darul Hikmah di Baghdad.

• Al Farghani (870). Meneliti: astronomi. Pengarang buku tentang pergerakkan benda-benda langit dan ilmu astronomi dan dipakai oleh Dante jauh hari kemudian.

• Al Ibadi (873). Meneliti: anatomi mata, optik, otak. Seorang pengarang buku tentang anatomi mata, otak dan syaraf optik, permasalahan pada mata.

• Tsabit bin Qurrah (901). Meneliti: getaran, gelombang. Penemu pertama teori tentang getaran/trepidasi dan gelombang.

• Abu Bakar Ar Razi (935). Meneliti: ilmu kimia, mineral. Membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi tubuh manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.

• Al Farabi (950). Meneliti: musik dan filsafat. Ahli musik dan filsafat Yunani, salah satu karya besarnya dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas.

• Ikhwan Ash Shafa (983). Meneliti: ensiklopedia pertama. Pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama (bukanlah Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).

• Al Nadim (990). Meneliti: ensiklopedia pertama. Pada abad ke 10 adalah pelopor pembuat katalog/ensiklopedi kebudayaan pertama.

• Abu Wafa’ (997). Meneliti: matematika. Pengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.

• Ibnu Khuradadhbih (abad 9). Meneliti: geografi, sejarah. Karya geografi tentang kerajaan-kerajaan dan rute perjalanannya dari negeri-negeri China, Korea dan Jepang.

• Nizam Al Mulk (1067). Meneliti: pendiri universitas. Plopor pendiri universitas modern pertama di dunia yang dikenal dengan Nizamiyyah saat itu ditiru sistemnya oleh Oxford University, Inggris.

• Ibnu Fadlan (abad 10). Meneliti: geografi daerah Russia. Membuat daftar koordinat daerah Volga-Caspian (daerah Rusia) dan sosiologi daerah tersebut.

• Al Idris (1154). Meneliti: geografi. Ahli peta Bumi, membuat peta bumi dan globe dengan dilengkapi penjelasan penggunaan kompas.

• Ibnu RusydI / Averusy (1198). Meneliti: fisika, bahasa, filsafat. Dikenal oleh barat dengan nama Averusy; ahli fisika, ahli bahasa, ahli filsafat Yunani kuno.

• Nur Al-Din Ibn Ishaq Al-Bitruji / Alpetragius (1204). Meneliti: berbagai sains. Di dunia barat dikenali sebagai Alpetragius, merupakan salah seorang ahli sains Islam.

• Fakhruddin Razi (1290). Meneliti: matematika, fisika, kedokteran, filosof. Ahli matematika, ahli fisika, tabib/dokter, filosof, penulis ensiklopedia ilmu pengetahuan modern.

• Ibnu Abdus Salam (abad 13). Meneliti: fauna. Merumuskan pertama kali tentang hak-hak perlindungan binatang atau konservasi hewani.

• Kamaluddin Ad Damiri (1450). Meneliti: ilmu fauna. Mengembangkan system taksonomi/ klasifikasi khusus ilmu hewan dan buku tentang kehidupan hewan.

• Ibnu Majid (abad 15). Meneliti: geografi, navigasi. Pemandu Vasco de Gamma dan menerbitkan buku panduan navigasi bagi pilot dan pelaut.

• Miqdad bin Amru. Meneliti: strategi, kalveleri. Pelopor pembuat pasukan kalveleri/berkuda modern pertama.

• Salman Al Farisi. Meneliti: strategi perang. Pembuat strategi perang kanal, meriam pelontar/tank.

• Al Majriti (1007). Meneliti: hukum ketetapan massa. Membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum Lavoisier)

• Safiuddin (1294). Meneliti: musik. Memperkenalkan teori musik.

• Abu Bakar Al Baytar (1340). Meneliti: medis hewan. Pembuat buku tentang kedokteran hewan yang pertama di dunia.

• Taqiuddin (1565). Meneliti: ilmu mekanik. Merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan dengan pegas.

• Ibn Khallikan / Abu-L ‘Abbas Ahmad ibn Khallikan / Shams al-Dīn Abū Al-ʿAbbās Aḥmad Ibn Muḥammad Ibn Khallikān (1211 – 1282)

Meneliti: biografi

Adalah sarjana Muslim Kurdi pada abad ke-13. Karyanya yang paling terkenal adalah Wafayat al-Ayan (Berita Kematian Laki-laki Ulung) atau lebih dikenal sebagai Kamus Biografis. Menurut Encyclopedia Britannica, ibn Khallikan memilih “bahan faktual untuk biografinya dengan sangat baik dari sisi pengetahuan akademis” dan buku ini juga menyebutkan:

“… ia adalah seorang yang menyumbangkan sumber berharga untuk karya kontemporer dan berisi petikan dari biografi yang lebih awal yang sudah tidak lagi ada.”

Ia mulai mengerjakan karya ini dari tahun 1256 sampai dengan tahun 1274. Ibnu Khallikan lahir 22 September 1211 di Irbil (sekarang Iraq) dan wafat 30 Oktober 1282 di Damaskus (sekarang Suriah) pada usia 71 tahun.

• Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah / Muhammad ibn Abu Bakr (1292 – 1350)

Meneliti: hukum fiqh, teologi

Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.

• As-Suyuthi / Imam Jalaluddin as-Suyuthi / Abū al-Faḍl ‘Abd al-Raḥmān ibn Abī Bakr ibn Muḥammad Jalāl al-Dīn al-Khuḍayrī al-Suyūṭī (1445- 1505)

Meneliti: teologi Islam

Beliau lahir 3 October 1445 (1 Rajab 849 AH) wafat 18 Oktober 1505 (19 Jumadi Ula 911 AH), adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.

Beliau pernah berguru pada al Bulqini sampai wafatnya Al Bulqini, juga belajar hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al-Manaawi. Beliau juga belajar hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al Manaawi.

Dalam Kitab beliau yang berjudul Khusnul Muhadlarah beliau menyebutkan bahwa dari setiap guru yang aku datangi aku mendapatkan lisensi dan aku menghitungnya sampai sejumlah 150 ijazah dari 150 guru.

• Muhammad Abduh (Delta Nil, 1849 – Alexandria, 11 Juli 1905 )

Meneliti: filsafat dan logika
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/ff/Muhammad_Abduh.jpg

Muhammad Abduh

Adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Pemikirannya banyak terinspirasi dari Ibnu Taimiyah, dan pemikirannya banyak menginspirasi organisasi Islam, karena ia berpendapat, Islam akan maju bila umatnya mau belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga ilmu sains.

Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.

Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.

• Muhammad Marmaduke William Pickthall / Marmaduke Pickthall (1875-1936)

Meneliti: Terjemahan Al Qur’an pertama yang puitis dan akurat dalam bahasa Inggris.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7e/Pickthall1.jpg

Muhammad Marmaduke William Pickthall

Adalah seorang intelektual Muslim Barat, yang terkenal yang awalnya merupakan pemeluk agama Kristen yang kemudian berpindah agama memeluk Islam.

Pickthall adalah juga seorang novelis, yang diakui oleh D.H Lawrence, H.G Wells dan E.M Forster, juga seorang jurnalis, kepala sekolah serta pemimpin politik dan agama.

Dididik di Harrow, ia terlahir pada keluarga Inggris kelas menengah, yang akar keluarganya mencapai ksatria terkenal William sang penakluk.

Pickthall berkelana ke banyak negara-negara Timur, mendapat reputasi sebagai ahli masalah Timur Tengah. Ia menerbitkan terjemahannya atas Al Qur’an (The meaning of the Holy Qur’an), ketika menjadi pejabat di bawah pemerintahan Nizam dari Hyderabad.

Terjemahannya ini menjadi terjemahan dalam bahasa Inggris pertama yang dilakukan oleh seorang Muslim dan diakui oleh Universitas Al Azhar (Mesir); terjemahan ini oleh Times Literary Supplement disebut sebagai sebuah pencapaian penulisan yang besar. Pickthall dimakamkan di pemakaman Muslim di Brookwood.

• Muhammad Asad / Leopold Weissa (Lemberg, Austria-Hongaria, 1900 – Spanyol 1992)

Meneliti: Tafsir ilmu Islam
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/9/92/Muhammad_Asad_addressing_Radio_Pakistan.jpg

Muhammad Asad / Leopold Weissa

Adalah seorang cendekiawan muslim, mantan Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, dan penulis beberapa buku tentang Islam. Asad menulis beberapa buku, salah satu yang terkenal adalah Road To Mecca, di mana ia menceritakan pengembaraannya dalam daerah Islam dan bagaimana ia kemudian memeluk Islam, juga beberapa pemikirannya tentang pergerakan Zionis.

Ia juga menulis The Message of the Qur’an, terjemahan yang dia lengkapi dengan tafsir singkat berdasarkan pengetahuannya dalam bahasa arab klasik dan tafsir-tafsir klasik.

Tafsir tersebut diakui sebagai salah satu terjemahan terbaik Al Qur’an dalam bahasa Inggris walaupun dikritik oleh beberapa aliran tradisional seperti Mu’tazilah. Ia juga menulis terjemahan dan komentar terhadap kitab Sahih Bukhari, salah satu kitab koleksi hadits terkemuka.

Muhammad Asad terlahir sebagai Leopold Weiss pada tahun 1900 di kota Lemberg, saat itu bagian dari Kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang bernama Lviv dan terletak di Ukraina) dalam lingkungan keluarga Yahudi dan meninggal di Spanyol pada tahun 1992. Pendidikan agama yang ia enyam selama masa kecil hingga mudanya menjadikan ia familiar dengan bahasa Aram, Kitab Perjanjian Lama serta teks-teks maupun tafsir dari Talmud, Mishna, Gemara dan Targum.

Penemuan-penemuan Peradaban Islam dipatenkan Peradaban Barat

Pada sekitar tahun 800 s/d 1200 Masehi, adalah kejayaan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Ribuan peneliti bidang agama, imu pengetahuan alam, ilmu pengetahhuan sosial dan lainnya diwilayah itu begitu maju. Saat itu Bangsa Eropa masih berperang memperebutkan wilayah, sangat egoistik, mencari kenikmatan duniawi semata, dan dalam zaman kegelapan untuk mencari jati dirinya.

Sementara di bagian bumi lain di saat itu, sentral ilmu pengetahuan berada di Baghdad (sekarang Irak). Semua saintis dari agama Hebrew Yahudi, Kristen dan Islam, bertemu secara berkala di kota itu. Pada kala itu mereka masih menganggap sebagai sesama “saudara yang beriman” dan selalu bekerjasama untuk menguak dunia sains dan memberikan jawaban dari banyak pertanyaan tentang sains.

Akibat kerjasama ini menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Kebanyakan pertanyaan tentang ilmu dipecahkan dan ditemukan oleh ilmuwan Muslim yang junlahnya ribuan. Sebagai contoh kecil, Aljabar dan Algorima serta dua pertiga nama bintang di langit malam bernamakan Arab karena astronom Arab sudah sangat masju pada zaman itu.

Ribuan ilmuwan Muslim pada masa lalu itu telah banyak menemukan jawaban di bidang sains. Diantaranya adalah bidang kedokteran, astrologi dan astronomi, filosofi, kimia, fisika, ilmu sosial, teknik mesin, teknik aviasi, teknik optik, bahkan robotika.

Ketika masa keemasan di dunia ilmu pengetahuan yang sudah sangat pesat pertumbuhannya ini, sebagian ulama dari agama Kristen dan Islam membuat buku-buku yang menganggap bahwa mengutak-atik angka di matematika adalah pekerjaaan setan.

Sejak saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan merosot tajam, bahkan banyak letur, manuskrip dan buku-buku bidang sains, tak terselamatkan, musnah, tak berbekas. Sebagian yang tersisa kemudian dimanfaatkan oleh penemu-penemu sesudahnya, dan mempatenkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar